Close

February 21, 2020

Teks Editorial

Teks Editorial

Teks editorial adalah suatu tulisan opini atau pendapat yang ditulis oleh penulis sebuah media terhadap isu atau peristiwa aktual yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat. Teks editorial ini dianggap sebagai pandangan resmi dari media tersebut terhadap isu yang dibicarakan. Meskipun teks editorial secara umum berisikan opini ataupun pandangan penulis, teks editorial harus dilengkapi dengan fakta, bukti, ataupun argumentasi yang logis. Dalam beberapa koran atau media, teks editorial disebut sebagai tajuk rencana.

Teks editorial memiliki dua tujuan, di antaranya :

  1. Mengajak pembaca untuk ikut serta memikirkan isu aktual yang sedang diperbincangkan
  2. Memberikan opini ataupun pandangan redaksi kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang

Dan Teks editorial memiliki beberapa manfaat :

  1. Memberikan informasi kepada pembaca
  2. Merangsang pemikiran pembaca
  3. Pada beberapa kesempatan mampu menggerakkan pembaca untuk bertindak

Teks editorial umumnya menjelaskan berita dan dampaknya kepada masyarakat. Selain itu, teks editorial memberi latar belakang dari kaitan tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Terkadang, teks editorial juga dilengkapi dengan analisis yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, serta memberikan penilaian moral mengenai berita ataupun isu tersebut.

Teks Editorial terbagi atas tiga jenis, yaitu :

  1. Teks editorial interpretatif, bertujuan untuk menjelaskan isu dengan menyajikan fakta dan figur untuk memberikan pengetahuan
  2. Teks editorial kontroversial, bertujuan untuk menyakinkan pembaca pada keniginan atau menumbuhkan kepercayaan pembaca terhadap suatu isu
  3. Teks editorial eksplanatori, bertujuan untuk menyajikan masalah atau suatu isu supaya bisa dinilai oleh pembaca. Biasanya teks editorial ini mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi suatu masalah dan membuka mata masyarakat supaya bisa memperhatikan suatu isu.

Setiap teks editorial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Merupakan tulisan tentang isu yang sedang hangat, bersifat aktual dan faktual
  2. Bersifat sistematis
  3. Merupakan opini yang bersifat argumentatif
  4. Menarik untuk dibaca karena ditulis dengan singkat, padat, dan jelas

Sebagaimana teks pada umumnya, teks editorial juga memiliki struktur tertentu.

  1. Pernyataan pendapat/tesis yang berisi sudut pandang penulis tentang masalah yang dibahas. Biasanya tesis merupakan teori yang diperkuat dengan argumen.
  2. Argumentasi, berupa alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan umum atau data hasil penelitian, pernyataan para ahli, maupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.
  3. Pernyataan/penegasan ulang pendapat, berisi penegasan ulang pendapat yang didukung oleh fakta untuk memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi teks editorial.

Untuk lebih memahami tentang teks editorial, coba pahami teks berikut ini.

Dampak Virus Corona di Ranah Fesyen

Tesis

Sebelum Corona menjadi wabah penyakit di Cina, nasib Riccardo Tisci sedang di atas angin. Tahun lalu direktur kreatif lini busana premium ikonik asal Inggris Burberry ini membuat gebrakan dengan melansir logo baru. Tadinya, logo lini busana yang berdiri pada 1856 ini bergambar prajurit perang menunggang kuda dan membawa senjata. Tisci mengubah logo jadi huruf “B” yang terinspirasi dari inisial nama pendiri lini busana yaitu Thomas Burberry. 
Respons publik terhadap perubahan logo ini bisa dikatakan cukup baik. Terlebih lagi respons konsumen di Cina—yang cenderung menyukai produk fesyen yang memamerkan logo brand dengan jelas pada produk. Pada Juli 2019, South China Morning Post melaporkan peningkatan penjualan Burberry di Cina ada di angka dua digit pada kuarter pertama 2019.
Para milenial kelas menengah ke atas jadi konsumen mayoritas yang membeli barang lewat media sosial. Setiap tanggal 17, Burberry melansir koleksi baru di Instagram dan WeChat. Menurut tim Burberry, penjualan di platform tersebut menghasilkan engagement konsumen yang signifikan.
Hal lain yang mendongkrak penjualan Burberry adalah potongan pajak impor yang diterapkan pemerintah Cina. Kebijakan diterapkan agar para konsumen Cina tidak lagi membeli barang di luar negeri.
Sebetulnya bila tidak ada halangan berarti, Burberry dijadwalkan membuka satu toko baru di Cina. Jing Daily melaporkan proyek cabang baru tersebut bekerjasama dengan Tencent—perusahaan teknologi asal Cina yang salah satu produknya adalah aplikasi pesan singkat We Chat—dan akan jadi toko yang dikhususkan agar konsumen bisa mengeksplorasi berbagai aplikasi fesyen digital yang dibuat oleh Tencent dan Burberry.

Argumentasi

Alih-alih meresmikan bisnis, Burberry malah mesti menutup 24 toko dari 64 toko yang ada di Cina untuk mencegah penyebaran Corona. Sampai sekarang pihak Burberry belum mempublikasikan jumlah kerugian akibat virus Corona. Yang jelas penurunan penjualan barang fesyen mewah di Cina itu benar terjadi dan bukan hanya dialami Burberry.
Kegoncangan pun dialami lini produk pakaian dan aksesori olahraga, Nike yang juga terpaksa menutup sejumlah gerainya di Cina. Padahal menurut laporan Financial Times pada Desember lalu, CEO Nike Mark Parker menyatakan di hadapan media-media internasional bahwa ia, “tidak pernah merasa seoptimis ini dalam menghadapi hari depan”.
Perkataan itu muncul setelah ia melihat data penjualan di Cina—dari produk sepatu, baju, dan aksesori lain—yang terus meningkat. Persentase peningkatan per Desember lalu mencapai 20% sehingga total pendapatan Nike saat itu adalah $1,12 miliar. 
Sebelum corona mewabah, penjualan Nike di Cina tak tergoyahkan meski ada cerita-cerita miring seperti skandal penyalahgunaan doping yang dilakukan brand ambassador atau situasi seperti perang dagang antara Cina dan AS. 
Pada Maret 2018, Trump menetapkan kebijakan menaikkan tarif impor untuk berbagai barang dari Cina seperti daging, alat musik, dan sejumlah produk tekstil agar warga AS memilih membeli produk lokal ketimbang barang impor. Hal ini pada kenyataannya tidak terlalu mengganggu penjualan Nike.
Selain Nike dan Burberry lini busana lain yang sedang laris-larisnya di Cina, Levis, Kate Spade, Coach, Stuart Weitzman, Michael Kors, Versace, H&M, dan Uniqlo pun tutup toko. Tidak semua brand terbuka dengan jumlah prediksi penurunan akibat penutupan toko. Quartz berupaya merangkum informasi dari beberapa perusahaan yang sudah mempublikasikan jumlah kerugian. Perusahaan retail Tapestry yang menaungi lini Kate Spade, Coach, dan Stuart Weitzman dikabarkan akan merugi sebesar $250 juta dalam beberapa bulan terakhir. 
Di samping itu, Business of Fashion mencatat bahwa nilai saham perusahaan retail besar seperti Louis Vuitton Moet Hennessy dan Kering Group—di antaranya menaungi label Gucci, Saint Laurent, Alexander McQueen—masing-masing menurun 1,9% dan 3%. Meski mengalami kerugian di awal tahun, beberapa petinggi perusahaan retail besar tidak terlalu khawatir terhadap goncangan ini. Vogue Business memuat pandangan Chief Financial Officer Louis Vuitton, Jean Jacques Giony yang menyebut bahwa corona tidak akan mempengaruhi pendapatan secara signifikan bila wabah bisa ditanggulangi pada akhir Maret. Dampak baru akan terasa bila wabah terus terjadi sampai dua atau tiga tahun ke depan.
Manajer investasi Sweta Ramachandran juga mengatakan kepada Vogue Business bahwa perusahaan retail besar biasanya sudah mempersiapkan diri dalam menghadapi goncangan singkat jangka pendek seperti yang tengah terjadi saat ini sehingga bisnisnya tidak hancur begitu saja.
Beberapa lini fesyen / aksesori di AS masih menggantungkan produksi di Cina. Pada Mei 2019 lalu, South China Morning Post melaporkan bahwa salah satu penyebab ketergantungan produksi di Cina karena belum ada negara yang mampu menyaingi kemampuan produksi barang di negara tersebut baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebabnya, negara-negara tersebut belum memiliki alat produksi secanggih Cina.
Selain itu, dari sisi konsumsi, konsumen Cina adalah pembeli paling potensial. Tahun lalu, lembaga riset Fung Business Intelligence melansir laporan China Apparel Market Update (PDF). Hasil studi menunjukkan tahun 2019 adalah titik puncak peningkatan penjualan busana sejak 2014. Peningkatan daya beli disebabkan oleh kestabilan kondisi perekonomian konsumen. Sebagian dari mereka mengalami peningkatan penghasilan dan ingin meningkatkan standar hidup.
Golongan terbesar konsumen di Cina adalah para perempuan dan jenis barang yang paling banyak dibeli adalah pakaian olahraga (sportswear). Beberapa hal yang melatari larisnya penjualan sportswear adalah rencana pemerintah yang ingin memajukan tingkat kesehatan dan industri olahraga di Cina. Pemerintah Cina bahkan membuat beberapa panduan seperti “2016-2020 National Fitness Plan”, “13 Five Year Plan for the Development of Sports Industry,”, “Guiding Opinions of the State Council on Speeding up the Development of the Competitive Sports Industry.”

Penegasan ulang pendapat

Konsumen Cina adalah orang-orang yang ingin tampil beda dan dianggap memiliki selera tinggi. Oleh karena itu mereka tak segan mengeluarkan banyak uang untuk barang-barang prestisius. Kini rutinitas untuk belanja barang mewah mesti tertunda akibat corona. Satu-satunya barang yang paling laris di Cina saat ini adalah masker.
(sumber : Tirto. Diakses tanggal 14 Februari 2020)

Nah, sudah paham kan, bagaimana bentuk teks editorial yang baik dan benar? Kalau masih penasaran, kamu bisa membaca penjelasan yang lebih detail mengenai teks editorial yang tentunya dibahas lebih lengkap dan seru melalui video pembelajaran di aplikasi belajar online Pahamify. Yuk, download dan langganan Pahamify sekarang!


6 Comments on “Teks Editorial

shana
September 22, 2020 at 5:40 am

apakah ada batas minimal suatu bukti agar dapat mencapai sebuah argumen dan teks editorial?

Reply
rizaldi abror
September 23, 2020 at 2:47 am

Halo Shana. Untuk batas minimal seharusnya tidak ada, karena teks editorial bersifat aktual dan faktual mengulas isu yang sedang berkembang, Kamu harus mencantumkan beberapa sumber yang relevan agar pendapat Kamu lebih kuat.

Reply
David Baharaja Putra Silalahi
October 19, 2020 at 1:53 am

Kepada siapa saja penulis tajuk memberikan keberpihakannya?

Reply
rizaldi abror
October 20, 2020 at 1:46 am

Halo David. Dalam tajuk rencana, keberpihakan menjadi kebebasan penulis. Keberpihakan yang dimaksud adalah kecenderungan si penulis untuk mendukung suatu pihak. Misalnya jika tema tajuk rencana yang ditulis tentang kebijakan ekonomi, penulis biasanya berpihak pada yang terkena dampaknya, masyarakat umum, pedagang, petani dan siapa pun yang ingin dibela oleh si penulis dalam tajuk rencana yang dia buat.

Reply
Amelia selomita
January 25, 2021 at 5:40 am

Apa perbedaan teks opini dengan opini berikan juga contohnya

Reply
Krn
September 16, 2021 at 6:32 am

Jadi sebenarnya teks editorial itu dari sudut pandang penulis apa redaksi? Kalau di ruang guru itu redaksi dan banyak juga info dari lain. Jadi bingung…

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *