Close

January 12, 2021

Sejarah Wajib Kelas 10: Cerita di Balik Tragedi Perang Bubat

Cerita Perang Bubat dan Tragedi Yang Menjadi Latar Belakangnya

Pahamifren, kamu pasti pernah mendengar mitos larangan orang Sunda menikah dengan orang Jawa kan? Ternyata, mitos tersebut masih berkaitan dengan cerita Perang Bubat yang ada dalam sejarah, lho! Sudah tahu kan tragedi Perang Bubat yang terkenal itu?

Perang Bubat sendiri dianggap menjadi satu di antara tragedi perang terbesar di Nusantara. Namun, hingga saat ini, masih banyak perdebatan tentang cerita di balik perang yang menyebabkan Gajah Mada diasingkan dari Majapahit ini.

Nah, biar kamu lebih paham, pada materi Sejarah Wajib Kelas 10 ini, Mipi mengajak kamu membahas tentang cerita Perang Bubat dan tragedi yang terjadi di baliknya, yuk simak artikel ini sampai selesai.

Banyak pendapat tentang cerita Perang Bubat. Perang tersebut dianggap menjadi penyebab orang Jawa dan Sunda tidak boleh menikah.

Latar Belakang Cerita Perang Bubat

Tragedi Perang Bubat ini sebenarnya bermula dari keinginan Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri Kerajaan Sunda, yakni Putri Dyah Pitaloka Citraresmi.

Awalnya, pinangan ini murni karena sang raja Hayam Wuruk jatuh hati kepada putri Sunda tersebut, namun Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit, melihat kesempatan ini sebagai celah untuk menaklukkan Kerajaan Sunda.

Setelah Hayam Wuruk mendapatkan restu dari keluarga Kerajaan Majapahit, barulah Hayam Wuruk mengutus seorang patihnya bernama Madhu untuk mengantar surat kehormatan pinangan Putri Dyah Pitaloka kepada Maharaja Lingga Buana di Kerajaan Sunda.

Pada saat itu, Dewan Kerajaan Sunda, terutama Hyang Bunisora Surapati, merasa keberatan dengan pinangan Raja Hayam Wuruk tersebut. Hyang Bunisora Surapati menilai permintaan Raja Hayam Wuruk untuk mengadakan upacara pernikahan di Majapahit dianggap tidak lazim karena semestinya pihak pengantin laki-lakilah yang datang ke pihak pengantin perempuan.

Namun, karena Maharaja Lingga Buana merasa perlu mengikat kembali rasa persaudaraan yang sudah ada dalam garis leluhur kedua kerajaan tersebut, Maharaja Lingga Buana tetap memutuskan untuk pergi ke Majapahit.

Untuk memenuhi undangan Raja Hayam Wuruk, Maharaja Lingga Buana pun berangkat ke Majapahit bersama rombongannya. Rombongan tersebut akhirnya sampai dan ditempatkan oleh Kerajaan Majapahit di Pesanggrahan Bubat.

Ambisi Mahapatih Gajah Mada

Sayangnya, rencana pernikahan Raja Hayam Wuruk dengan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi tersebut tak berjalan lancar. Pernikahannya gagal karena ambisi Mahapatih Gajah Mada.

Ketika rombongan Maharaja Lingga Buana sampai di Pesanggrahan Bubat, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk memenuhi Sumpah Palapa, yaitu menaklukkan berbagai kerajaan di Nusantara, termasuk Kerajaan Sunda.

Mahapatih Majapahit ingin menaklukkan kerajaan Sunda, saat Raja Hayam Wuruk ingin mempersunting Putri Dyah Pitaloka. Ini menjadi salah satu cerita Perang Bubat yang populer.

Perlu kamu ketahui, saat itu Kerajaan Majapahit sudah berhasil menaklukkan berbagai kerajaan di Nusantara, tetapi belum berhasil menaklukkan Kerajaan Sunda. Jadi, Mahapatih Gajah Mada ingin menggunakan pernikahan ini untuk menaklukkan Kerajaan Sunda.

Mahapatih Gajah Mada berdalih, kedatangan Maharaja Lingga Buana di Pesanggarahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit.

Mahapatih Gajah Mada bahkan sampai mendesak Raja Hayam Wuruk untuk menyetujui keputusan tersebut. Inilah yang menjadi inti cerita Perang Bubat bisa terjadi.

Tragedi Pecahnya Perang di Bubat

Sayangnya, niat Mahapatih Gajah Mada tersebut didengar oleh Maharaja Lingga Buana, hingga akhirnya menimbulkan persilisihan di antara kedua kerajaan tersebut.

Utusan Kerajaan Sunda sudah berupaya mengingatkan kalau kedatangan Kerajaan Sunda ke Majapahit hanya untuk pernikahan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dengan Raja Hayam Wuruk.

Namun, Mahapatih Gajah Mada tetap bersikeras menganggap kedatangan mereka sebagai pengakuan takluknya Kerajaan Sunda kepada Kerajaan Majapahit.

Puncaknya, perselisihan tersebut akhirnya menimbulkan perseteruan, atau bahkan peperangan, Pahamifren. Mahapatih Gajah Mada mengirimkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat, yang kemudian menjadi lokasi terjadinya Perang Bubat. Mahapatih Gajah Mada terus mengancam Maharaja Lingga Buana untuk mengakui takluknya Kerajaan Sunda kepada Kerajaan Majapahit.

Maharaja Lingga Buana yang menolak mentah-mentah keinginan Mahapatih Gajah Mada tersebut kemudian mengutus pengawal Kerajaan Sunda yang tidak banyak di sana untuk melawan Mahapatih Gajah Mada dan pasukannya. Perang yang tidak seimbang ini tentu saja dimenangkan oleh Mahapatih Gajah Mada.

Pengorbanan Putri Dyah Pitaloka

Perang Bubat tersebut berakhir dengan gugurnya Maharaja Lingga Buana, para pejabat Kerajaan Sunda, para Menteri Kerajaan Sunda, dan beberapa keluarga Kerajaan Sunda. Gugurnya Maharaja Lingga Buana ini membuat Putri Dyah Pitaloka Citraresmi sedih, hingga memutuskan melakukan tindakan bela pati, atau bunuh diri. 

Banyak perdebatan tentang tindakan Dyah Pitaloka ini, beberapa sumber bahkan menyebut jika Dyah Pitaloka melawan Gajah Mada hingga menyebabkan dirinya terbunuh. Tindakan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi ini dilakukan demi membela kehormatan diri, keluarga, dan kerajaannya. 

Dalam tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatria, tindakan bela pati ini dilakukan oleh para perempuan kasta ksatria jika para laki-lakinya telah gugur. Tindakan ini merupakan bentuk pencegahan dipermalukannya para perempuan Sunda dari tindakan pemerkosaan, penganiayaan, atau perbudakan oleh pihak musuh.

Sejarah terjadinya tragedi Perang Bubat ini tercatat dalam Serat Pararaton, Kidung Sunda, dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali. Cerita Perang Bubat inilah yang kemudian memunculkan mitos larangan orang Sunda menikah dengan orang Jawa, Pahamifren.

Berbagai Kontroversi Tentang Peristiwa Ini

Berdasarkan pengamatan dari beberapa ahli dan pengamat sejarah, mereka menilai bahwa sejarah Perang Bubat bohong alias tidak pernah terjadi.

Seorang sejarawan Universitas Negeri Surabaya, Aminuddin Kasdi, menyebutkan bahwa Kidung Sunda hanya dapat dianggap sebagai sumber sekunder, bahkan tersier sehingga tidak dapat dijadikan sumber pegangan yang kuat. Ia juga menganggap berbagai fakta sejarah di dalam Kidung Sunda tidak sesuai dengan sumber-sumber lain yang lebih kredibel, seperti prasasti.

Seorang arkeolog Indonesia, Edi Sedyawati, juga menyoroti peran pemerintah kolonial dalam memperkenalkan Perang Bubat kepada masyarakat Indonesia. Ia beranggapan ada kepentingan Belanda dalam memecah belah Jawa Barat dengan Jawa Timur. Alasan ini muncul karena Belanda menganggap kalau ingin menguasai Nusantara sepenuhnya, maka mereka harus menaklukkan Jawa.

Adanya berbagai kontroversi ini membuat cerita Perang Bubat masih menjadi misteri yang belum terpecahkan dalam sejarah Indonesia. Bagaimana menurut kamu, Pahamifren? Apakah cerita Perang Bubat ini memang terjadi, atau hanya kebohongan belaka? Kira-kira, adakah di antara kamu yang berniat menjadi sejarawan dan memecahkan misteri tragedi Perang Bubat ini kelak?

Itu dia materi sejarah wajib kelas 10 tentang tragedi Perang Bubat, serta cerita batalnya pernikahan Hayam Wuruk dengan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi.

Buat kamu ingin mendapatkan akses materi belajar online menarik lainnya, kamu bisa mengunduh platform belajar online Pahamify. Ada ratusan materi belajar berkonsep gamifikasi dari Pahamify yang membuat proses belajar kamu jadi lebih seru dan tidak membosankan.

Khusus buat kamu yang lagi ngambis masuk PTN favorit, kamu bisa mencoba latihan soal UTBK melalui fitur Try Out Online Gratis Pahamify. Kamu juga bisa mengikuti Pahamify Accelerator Program biar lebih siap mengikuti UTBK SBMPN 2021.

Tunggu apalagi, download Pahamify sekarang dan manfaatkan fiturnya sebagai #TemanPersiapanUTBK terbaik.

Penulis: Salman Hakim Darwadi

2 Comments on “Sejarah Wajib Kelas 10: Cerita di Balik Tragedi Perang Bubat

Erick Satyabhakti
January 14, 2021 at 12:19 am

Pendapat saya tragedi itu pernah terjadi.
Adapun bukti mungkin TDK pernah di ceritakan karena hal tersebut akan mengotori kerajaan Majapahit.
Kita hanya bisa mengambil hikmahnya atas tragedi tersebut.

Reply
Riyandhani
January 14, 2021 at 3:38 am

Tragedi bubat bener terjadi. Gue selaku penggila sejarah nusantara percaya kalau perang itu ada. Nama bubat tercantum dalam kitab negarakertagama. Soal ambisi gajah mada utk mewujudkan sumpah palapa nya tapi blm 100 persen berhasil krna kerajaan sunda tak bisa di taklukan.

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *