Close

June 9, 2020

Mewaspadai Perubahan Mental Anak Saat Pandemi

Mewaspadai Perubahan Mental Anak Saat Masa Karantina

Pandemi COVID-19 membuat banyak hal di sekitar kita yang berubah, mulai dari perubahan suasana hingga perubahan mental pada anggota keluarga. Kegiatan-kegiatan yang biasanya lazim kita lakukan di luar rumah kini tidak bisa lagi dilakukan karena berpotensi menyebarkan virus COVID-19. Kantor dan sebagian besar bisnis ditutup, menyisakan bisnis-bisnis vital seperti bisnis pangan dan obat-obatan yang hanya diperbolehkan beroperasi. Sekolah pun ditutup dan siswa diminta untuk belajar dari rumah. Kita memasuki masa-masa dimana tetap berada di rumah sepanjang waktu menjadi norma yang baru.

“Kita memasuki masa-masa dimana tetap berada di rumah sepanjang waktu menjadi norma yang baru.”

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini tentunya memberi dampak bagi keseharian kita dan juga anak-anak. Dampak itu tidak hanya terasa pada aktivitas sehari-hari, namun juga pada kondisi mental. Apalagi pada anak-anak, kondisi saat ini yang memaksa mereka harus tetap berada di rumah sepanjang waktu dapat memberi dampak yang buruk bagi perkembangan mental mereka. Hal ini dikarenakan perubahan drastis yang terjadi secara tiba-tiba dapat memicu stres dan dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Lalu, bagaimana cara mewaspadai perubahan mental yang terjadi pada anak akibat pandemi ini? Terdapat beberapa tanda-tanda perubahan perilaku dan menjadi tanda peringatan awal perubahan mental pada anak yang dapat diperhatikan. Berikut tanda-tanda yang dapat diperhatikan.

Perilaku Regresif

Regresi adalah perilaku yang normal selama periode stres dan ketidakpastian. Menurut terapis Noel McDermott yang dilansir oleh The Union Journal, secara umum kita semua akan mengalami sedikit kemunduran dalam fungsi kita selama masa transisi besar ini. Menurutnya, anak-anak akan mengalami kemunduran dalam fungsi yang lebih besar dari orang dewasa, dan semakin muda usia anak, semakin besar kemundurannya.

Ibu dan ayah meyakini ada beberapa perilaku buruk anak yang akan berubah seiring bertambahnya usia. Namun, perilaku buruk tersebut bisa saja tidak bisa hilang begitu saja. Misalnya menghisap ibu jari, membutuhkan mainan unik untuk kenyamanan, mengompol atau berbagai masalah pelatihan toilet lainnya.

Perubahan Nafsu Makan

Nafsu makan dan tidur anak sering kali merupakan tanda pertama bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Seringkali seorang anak akan menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan secara signifikan.

Orang tua harus waspada terhadap perubahan dalam rutinitas makan, yang terdiri dari anoreksia nervosa, yaitu gangguan makan yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Ini sering terlihat pada anak-anak yang lebih tua dan juga remaja.

Masalah Tidur

Selain perubahan nafsu makan, pola tidur juga bisa berubah. Perhatikan apakah anak tidur sepanjang hari atau sebaliknya, mengalami kesulitan tidur. Gangguan tidur sangat umum terjadi pada masa-masa sulit, sehingga anak-anak mungkin mengalami masalah tidur, masalah terbangun di malam hari atau berbagai kelainan lainnya.

Perubahan Suasana Hati (Mood)

Orang tua disarankan untuk mencari dan memahami perubahan pada perilaku normal anak. Hal yang sama berlaku dengan standar psikologis mereka, karena perubahan dalam kondisi pikiran dapat diantisipasi.

Perilaku yang harus diketahui terdiri dari ledakan kemarahan, tangisan yang muncul secara tiba-tiba, kesedihan, ketidaksabaran dan kehilangan gairah dalam tugas-tugas yang disukai.

Cari perubahan dalam temperamen atau suasana hati normal mereka. Anak-anak yang gelisah kemungkinan besar benar-benar merasa lebih gugup, sementara mereka yang memiliki masalah emosi mungkin memiliki lebih banyak ledakan emosi daripada biasanya.

Anak-anak tidak terus-menerus menyatakan kesulitan mereka, tetapi, stres, kecemasan dan berbagai masalah kesehatan mental lainnya dapat muncul dalam tindakan atau keadaan pikiran yang tidak biasa.

Mencari Jaminan

Ketika anak-anak menjadi lebih cemas, mereka mungkin mengajukan lebih banyak pertanyaan daripada biasanya, dengan tujuan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Anak-anak juga akan menjadi lebih gelisah pada waktu tidur dan takut ditinggal sendirian.

Anak-anak, dan juga remaja, mungkin mengungkapkan stres terhadap masa depan, kematian dan kesehatannya sendiri bahkan orang lain. Jaminan hidupnya di masa depan sering kali melatarbelakangi stres dan kecemasan batin pada anak, sehingga sangat penting bagi ibu dan ayah untuk menenangkan pikiran serta menghadirkan rasa aman, tentu dengan caranya masing-masing.

Kecenderungan untuk Melekat (Clingy)

Anak-anak mungkin akan mengalami peningkatan perilaku melekat. Mereka tiba-tiba selalu mendekati kita tanpa tujuan yang jelas. Perlu diperhatikan apakah anak mengikuti kita dari kamar ke kamar, mengalami kesulitan jika kita tidak terlihat dari jarak pandangnya, atau tidak dapat berpisah sama sekali.

Perilaku ini mungkin baru terlihat pada beberapa anak setelah beberapa waktu. Anak terlihat tampak mandiri sebelum tiba-tiba berubah menjadi clingy. Perubahan ini dapat menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan.

Perilaku Penarikan (Withdrawal)

Di lain hal, beberapa anak mungkin mulai mengabaikan anggota keluarga di rumah mereka atau memilih untuk menolak kesempatan untuk melakukan kontak secara langsung. Beberapa anak bahkan menarik diri dan mengurung diri di kamar mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu pada ponsel pintarnya.

Keluhan Somatik

Sementara ibu dan ayah terlalu berfokus pada kesehatan fisik anggota keluarga mereka serta tanda-tanda dan gejala COVID-19, anak-anak ternyata memiliki keluhan seperti sakit kepala, sakit perut, dan mudah lelah. Ini nyata, tetapi kemungkinan ini bukanlah gejala COVID-19.

Sulit Fokus atau Berkonsentrasi

Anak remaja mungkin memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap suatu pekerjaan atau ragu-ragu karena mereka dengan cepat teralihkan. Mereka mungkin mengalami masalah dengan perhatian, konsentrasi, dan jenis pembelajaran yang baru. Mungkin seorang anak lupa untuk menyelesaikan tugas yang telah dia lakukan untuk sementara waktu.

Bertingkah Lebih Banyak Dari Biasanya

Selama masa krisis, orang tua dapat mengamati dan menilai perilaku anak-anak mereka. Apakah mereka melakukan tindakan yang berlebihan atau tidak. Anak-anak mungkin mulai menunjukkan perilaku yang berbeda, memulai permusuhan dengan anggota keluarga lain, tidak mematuhi arahan, atau melakukan perdebatan dengan anggota keluarga.

Untuk mengatasi perubahan mental ini, ibu dan ayah dapat melakukan diskusi terbuka dengan anak-anak, mencari tahu permasalahan dan keinginan mereka yang sebenarnya, menjelaskan informasi yang diterima, mencoba menenangkan pikiran mereka, melakukan tindakan yang memberikan rasa aman, mendorong anak untuk terus berinteraksi digital dengan keluarga dan teman, serta menjelaskan peraturan-peraturan baru yang berlaku di rumah sehubungan dengan pencegahan COVID-19.

Walaupun perubahan perilaku ini biasa terjadi pada peristiwa yang membuat stres seperti COVID-19, ini tidak berarti bahwa tidak ada yang dapat dilakukan. Orang tua memiliki peran penting karena mereka adalah garda terdepan anak-anak mereka dalam menjalani hidup di tengah pandemi ini.

Penulis: Alivia Awin

Matangkan persiapan belajarmu dengan aplikasi Pahamify. Download aplikasinya disini


2 Comments on “Mewaspadai Perubahan Mental Anak Saat Pandemi

twenty oktavia
June 27, 2020 at 8:25 pm

Artikel yang menarik!
Kesehatan mental anak memang sangatlah penting.. Oleh karena itu sebisa mungkin hindarkan anak-anak Anda dari beberapa hal yang ada dalam artikel berikut http://news.unair.ac.id/2016/02/14/di-tengah-isu-lgbt-dan-efek-negatif-internet-mental-anak-perlu-diperkuat/

Reply
Aditya Perdana Putra
July 1, 2020 at 3:44 am

Hai Mba Twenty Oktavia

Tumbuh kembang anak berawal dari lingkungan rumahnya. Jadi jika kita cukup cermat mewaspadai beebrapa perubahan yang terjadi pada mereka, mungkin kita bisa membantu meringankan masalah mereka.

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *